Sebagai puncak peringatan HUT ke-74 Republik Indonesia, Pemkab Kulon Progo menggelar Karnaval Kemerdekaan, Minggu (25/08/2019). Karnaval ini diikuti oleh 40 kelompok baik dari instansi pemerintahan, organisasi masyarakat dan berbagai organisasi lainnya.
Pagerharjo diwakili oleh Desa Wisata Nglinggo dan Karang Taruna AKRAPP mengikuti pawai karnaval menggunakan kendaraan wisata berupa Off Road dan Odong-odong Wisata.
Berbagai kreasi dan inovasi para peserta mampu penyedot perhatian ribuan warga Kulon Progo. Hal ini terbukti dengan banyaknya penonton yang sudah menanti sejak titik keberangkatan peserta di Lapangan Pengasih hingga Gedung Kesenian Wates sebagai titik akhir perjalanan para peserta.
Melalui kegiatan ini, lanjut Untung, para peserta diharapkan bisa memaknai kemerdekaan. Salah satunya dengan mengeksplorasi kesenian maupun kebudayaan yang ada di sekitar mereka. 
Adapun rute yang dilalui oleh para peserta yakni Lapangan Pengasih - Kantor Kecamatan Pengasih - simpang tiga Dayakan - simpang tiga Serut - simpang empat UNY Wates. Peserta akan melakukan display selama dua menit di panggung penghormatan yang berada di Plengkung Geblek Renteng.
Setelah melakukan display, peserta kembali melanjutkan perjalanan menuju bekas Dinkes Kulon Progo - Pemkab Kulon Progo - Teteg Wetan - Pasar Wates. Perjalanan peserta berakhir di Gedung Kesenian, Kecamatan Wates.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengapresiasi pelaksanaan Karnaval Budaya yang bisa dihelat setiap tahun. Sehingga kreativitas warga dan sejumlah instansi memiliki wadah untuk ditampilkan di depan masyarakat. (sorot.co)
Angguk merupakan sebuah tarian khas yang berasal dari Kulonprogo. Para penari memakai kostum menyerupai serdadu Belanda dan dihiasi gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan kaus kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam.
Pada awalnya tarian ini ditarikan oleh kaum laki-laki. Adapun pada kisaran tahun 1970 terjadilah pergeseran sehingga tarian ini ditarikan oleh kaum perempuan. Belum jelas alasan yang melatarbelakangi perubahan tersebut, namun jika dipertimbangkan dari segi hiburan dan komersil, tidak bisa dipungkiri bahwa penari perempuan lebih menarik ketimbang laki-laki.
Dalam segi penyajian, Tari Angguk terbagi menjadi dua jenis yakni Tari Ambyakan dan Tari Pasangan. Tari Ambyakan dimainkan oleh banyak penari hingga mencapai 20 penari, yang juga masih terbagi menjadi 3 sub jenis yakni Tari Bakti, Tari Srokal dan Tari Penutup.
Adapun Tari Pasangan ditarikan oleh para penari dengan jumlah genap dan berpasangan-pasangan. Jenis tari ini terbagi menjadi delapan sub jenis tari yakni Tari Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari Layung-layung, Tari Intik-intik, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan dan Tari Robisari.
Dalam setiap sajian Tari Angguk akan selalu disisipkan ajaran-ajaran moral yang disampaikan oleh para vokalis dalam bentuk Pantun, Petuah kehidupan, Pendidikan dan lain-lain. Dalam setiap penampilannya, Tari Angguk biasa membawakan cerita yang ada dalam Serat Ambiyo yakni tentang Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono.
Peran yang dibawakan terbagi menjadi dua macam, yakni peran utama yang terdiri dari penggambaran Tokoh Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-kuning, Air Gunung, Trisnowati dan Awang-awang. Sementara itu, penari selain itu berperan sebagai pengiring.
Angguk terlahir sebagai dampak pengolahan aspek sosial, budaya dan sejarah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Mengusung sejumlah nilai-nilai tertentu termasuk sebagai sarana interaksi masyarakat dan hiburan. Terlahir sebagai respon terhadap beragam unsur yang ada saat itu hingga terbentuklah suatu tarian sebagai salah satu identitas dari kebudayaan Kabupaten Kulon Progo.
Tari Angguk disajikan dengan durasi sekitar 3 hingga 7 jam yang dimainkan oleh 10-20 penari beserta pengrawit (pengiring). Hanya saja pada keadaan tertentu durasi sajian tarian ini bisa lebih singkat yakni 15-30 menit saja.
Nuansa akulturasi sangatlah kentara melalui instrumen pengiring yang memadukan budaya Islam, Jawa dan Barat. Alat musik yang digunakan diantaranya adalah Bedug, Rebana, Kendang Sunda, Kendang Batangan, Bass Elektrik, Snare Drum, Keyboard, Symbal dan Tamborin. Selebihnya terdapat vokalis yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Tari Angguk adalah sebuah perpaduan cantik tiga budaya. Unsur Islam terlihat disaat Shalawat Nabi selalu dijadikan pembuka pertunjukan. Budaya Islam juga terwakili oleh beberapa alat musik pengiring yang digunakan. Budaya Barat (Belanda) terlihat pada gerakan dan kostum para penari. Hanya saja tidak selalu mirip, karena para penari Angguk memakai celana pendek dan bukan lazimnya seragam militer yang biasa memakai celana panjang.
Adapun kesan Budaya Timur bisa terlihat pada gerakan tari yang cenderung menitikberatkan pada keluwesan serta alur cerita yang dibawakan adalah diambil dari Serat Ambiyo tentang Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono.
Selain itu yang menjadikan tarian ini menarik adalah adanya unsur mistis yang ikut mewarnainya. Sebelum pertunjukan akan selalu diadakan ritual sesaji di sekitar lokasi pementasan. Aura mistis akan semakin kentara disaat salah satu penari mengalami trance atau kerasukan yang terkadang sampai memakan sesajen yang disediakan.
Karena kekhasannya tarian ini juga diadaptasi menjadi gerakan senam yang dinamakan Senam Angguk.

sumber : https://blogkulo.com/tari-angguk-yogyakarta/


Ada yang berbeda di perayaan HUT ke 74 Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Pagerharjo. Tahun ini Pagerharjo dipilih menjadi pusat perayaan hari kemerdekaan Kecamatan Samigaluh, sekaligus menjadi tempat Upacara proklamasi kemerdekaan. Agenda semakin meriah karena setelah upacara diselenggarakan karnaval.
Rute karnaval dimulai dari Parkir Wisata Pasar Plono menyusuri jalan raya kemudian finish di Lapangan Desa Pagerharjo. Meskipun melewati medan yang naik turun, namun peserta karnaval tetap bersemangat mengikuti pawai tersebut.
Peserta karnaval terdiri atas warga masyarakat Desa Pagerharjo yang diwakili dari tiap pedukuhan dan instansi-instansi sekolah di Pagerharjo. Setiap peserta membawa tema karnaval mereka masing-masing. Ada yang bertema perjuangan, profesi, dan kesenian.
Pedukuhan Separang membawa maskot berupa Ikan dan Pancing. Ada juga yang membawa glondongan kayu besar, gergaji dan golok. Beberapa tema memang mencermikan pekerjaan sehari-hari warga masyarakatnya.
Tema lainya adalah perjuangan. Warga Ngaglik mengusung kendaraan tank dan berkostum prajurit. Padukuhan gegerbajing menampilkan teatrikal romusha dan perlawanan melawan penjajah.
Keseruan lain tertampil dari dusun Plono Barat, mereka memakai kostum-kostum unik seperti bebek, harimau dan badut. Mereka juga menampilkan tradisi berupa seni jathilan dan tradisi upacara mbah depok. Dalam penampilannya juga diselipkan pesan untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Kreasi unik lain ditampilkan dengan memakai kostum dari bahan receycle yaitu kantong plastik. Kostum-kostum unik dipakai oleh peserta pawai menambah kemeriahan acara karnaval pada siang hari itu.
Kontingen sekolah tidak kalah menarik. Rata-rata mereka menampilkan ekstrakulikuler mereka seperti marching band dan sendra tari. SMP N 4 Samigaluh dalam perjalanan beratraksi dengan menari bersama sambil diiringi berbagai lagu seperti gemufamire.
Karnaval berjalan sangat meriah. Kepala Desa Pagerharjo, Bapak Widayat menyampaikan bahwa karnaval ini memang baru pertama kali diadakan di Pagerharjo, bahkan mungkin di Samigaluh. Harapannya ini menjadi awal semangat dari warga Pagerharjo dalam memeriahkan hari kemerdekaan. Nantinya agenda karnaval ini akan diadakan rutin setiap tahunnya.
Pada penutupan karnaval, dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Kulonprogo, Dra Keksi Wuryaningsih. Beliau menyampaikan bahwa karnaval ini bukan semata-mata kegiatan hura-hura saja namun ini merupakan perwujudan pengamalan pancasila yaitu kegotongroyongan. Dengan semangat gotong royong inilah sebagai awal mula dari pembangunan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia yang maju.



TBM Akar pelangi mengadakan kegiatan membaca nyaring sekaligus sebagai kampanye gerakan orangtua baca buku kepada masyarakat dan wisatawan. Kegiatan dilaksanakan pada hari Minggu sore, 28 Juli 2019 di tengah perkebunan teh di pendopo bukit Ngisis, Desa Wisata Nglinggo, Kulonprogo.
Kegiatan yang diadakan di tengah kebun teh tersebut diikuti oleh anak-anak dari sekitar desa wisata. Adapun buku yang dibacakan adalah cerita bergambar, sehingga menarik bagi anak. Ada yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah kembali mempopuperkan gerakan membacakan cerita kepada anak. Dengan rutin membacakan cerita kepada anak, banyak manfaat yang didapat, salah satunya membuat anak jadi gemar membaca .” jelas Beny Abdurrahman dari TBM Akar Pelangi.
Angka gemar membaca di Indonesia memang masih rendah yaitu 0,001 persen. Artinya bahwa setiap 1000 orang, yang gemar membaca hanya 1 orang. Ini menunjukkan bahwa betapa rendahnya minat baca kita. Ada beberapa faktor secara empirik yang mempengaruhi rendahnya minat baca orang Indonesia, salah satunya karena memang tersedianya buku bacaan yang tersedia jauh dari ideal. Maka dari itu, adanya perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat menjadi penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Program membacakan cerita ini dilakukan untuk mensukseskan gerakan nasional orangtua membaca buku (Gernas Baku) yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membacakan buku kepada anak, salah satu metodenya adalah membaca nyaring atau read aloud.
Membaca nyaring adalah metode mengajarkan membaca yang paling  efektif untuk anak-anak karena dengan metode ini bisa mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. Juga menciptakan pengetahuan yang menjadi dasar bagi si anak, membangun koleksi kata (vocabulary), dan memberi contoh cara membaca yang baik (reading role model). Manfaat read aloud antara lain dapat membangun keterampilan literasi  melalui pengenalan bunyi, intonasi, kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Pemilihan lokasi membaca di objek wisata bukan tanpa alasan. Agus, salah satu pengurus Akar Pelangi menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan agar masyarakat luas terutama wisatawan sadar akan pentingnya membaca. Tujuan lainnya adalah untuk memberi hiburan atau rekreasi kepada anak-anak. “Sebenarnya kegiatan membaca ini kita adakan setiap minggu, namun kami agendakan beberapa bulan sekali untuk melakukan kegiatan di tempat wisata, agar tidak bosan” imbuhnya.
“Enak, di sini bisa menikmati cerita sambil merasakan sejuknya udara di pegunungan. Apalagi melihat pemandangan kebun teh dan perbukitan menoreh.” Kata Fuad, salah satu peserta membaca.
Akar Pelangi dibantu oleh relawan untuk menggelar kegiatan ini. “Ternyata menyenangkan, bisa berbagi cerita dan belajar bersama adik-adik di sini”, jelas Keisya salah satu relawan dari Jogja.
Pengelola Akar Pelangi menjelaskan bahwa memang sering ada relawan yang membantu kegiatan di taman bacaan. “Terkadang mereka juga kami ajak untuk sekalian berwisata. Untuk kedepannya kami sebenarnya ingin membuat paket wisata edukasi” imbuhnya.


Karang Taruna AKRAPP  (Angudi Karaharjaning Pemuda Pagerharjo)  berhasil menjadi juara 1 Karang Taruna Berprestasi DIY tahun 2019 sekaligus berhak maju ke tingkat Nasional. Seleksi tingkat Nasional sendiri dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 13 - 18 Agustus 2019.
Presentasi di Jakarta dilaksanakan oleh ketua Karang Taruna AKRAPP yaitu Arwanto. "Kami mohon dukungannya kepada seluruh rekan-rekan dan warga Desa Pagerharjo". AKRAPP sendiri mengusung berbagai program unggulan diantaranya adalah pengelolaan desa wisata, pelestarian budaya, kegiatan edukasi, pemberdayaan disabilitas dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber ekonomi produktif. Karang Taruna Akrapp juga selalu konsisten dalam membantu menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat seperti ODGJ.
Pelaksanaan seleksi di Jakarta sendiri didampingi oleh Dinas Sosial Kabupaten Kulonprogo, Dinas Sosial DIY, Karang Taruna Kulonprogo dan Karang Taruna DIY. Beberapa Anggota AKRAPP juga mendampingi sang ketua guna memberikan semangat yaitu Astho Yudhi, Budi dan Panca Nova.
Ketua Karang Taruna Kulonprogo Malik Ismail mengatakan "Ini adalah kali pertama Kulonprogo menjadi wakil DIY dalam seleksi Karang Taruna Berprestasi. Tentu ini adalah sebuah prestasi yang membanggakan, maka dari itu dari Karang Taruna Kabupaten menghadiahkan 1 unit laptop untuk AKRAPP. Harapanya ini bisa menambah semangat teman-teman semua.".
Segenap komponen masyarakat mendukung. Kepala Desa Pagerharjo, Bapak Widayat menyampaikan, "Alhamdulillah di tahun ini banyak warga khususnya pemuda berhasil meraih prestasi. Karang Taruna AKRAPP sebagai penggerak pemuda kami harapkan bisa meraih hasil yang terbaik di Jakarta. Semoga semua program kerja Karang Taruna juga bisa memberi dampak positif bagi Desa Pagerharjo".


Sabun mandi yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kerajinan unik nan wangi. Dengan bahan sabun mandi kita bisa berkreasi membuat bunga, tanaman atau karakter lain. Pada dasarnya, sabun mandi di sini kita bentuk menjadi plastisin.


Bahan-bahan yang digunakan:
1.sabun mandi
2.tepung tapioka atau maizena
3.pewarna
4.parutan kelapa atau keju
5.mangkok pot bunga

Cara membuatnya :
  1. Sabun mandi di parut dengan parutan keju.
  2. Parutan tadi masukkan ke dalam mangkok,campurkan tepung ke dalam mangkok dan aduk dengan rata jangan lupa berikan air sedikit.
  3. Adonan tersebut bagi menjadi dua: yang satu diberikan pewarna hijau dan yang satu diberikan pewarna merah.
  4. Siapkan kawat sebagai tangkai
  5. Ambil sedikit adonan berwarna merah lalu letakkan pada ujung sumpit kemudian bentuk seperti bunga.
  6. Balut tangkai dengan adonan yang berwarna hijau dan jangan lupa bentuk seperti daun
  7. Lakukan hal yang sama sampai dengan adonan tersebut habis
  8. Setelah adonan selesai maka biarkan sampai adonan tersebut kering.
  9. Jika sudah kering maka bungan tersebut dapat di gunakan sebagai hiasan.


Pada tanggal 24 - 28 Juni 2019, TBM Akar Pelangi berkesempatan mengikuti kegiatan residensi penggiat literasi di Klub Baca Perempuan, Lombok Utara. Residensi ini diikuti oleh 20 peserta yang berasal dari berbagai daerah se Indonesia.
Residensi ini merupakan kegiatan rutin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2019 residensi diselenggarakan di 9 lokasi berbeda. Pada setiap lokasi mengambil tema yang berbeda-beda. Adapun tema residensi di Lombok ini adalah literasi baca tulis.
Kegiatan residensi ini bertujuan untuk menambah kompetensi para penggiat literasi. Bertempat di TBM, harapannya para peserta dapat mengambil pembelajaran mengenai cara mengelola dan menggiatkan kegiatan di taman bacaannya masing-masing.
TBM Akar Pelangi terpilih menjadi salah satu peserta setelah mengirimkan esai mengenai pengelolaan taman bacaan yang dikaitkan dengan salah satu dari enam literasi dasar.
Kami menginap di tenda-tenda yang berada di sekitar Rumah Indonesia. Sebuah bangunan dari bambu yang menjadi pusat kegiatan dari Klub Baca Perempuan. Rumah bambu ini sendiri didirikan oleh seorang penggiat literasi dari Toba, setelah bangunan awal mereka runtuh terkena gempa Lombok di tahun 2018 kemarin.
Sebenarnya Lombok masih dalam proses recovery dari gempa yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan di sana. Namun ternyata Klub Baca Perempuan di sini memiliki peranan penting dalam membangun kembali Lombok, khususnya Lombok Utara.
Klub Baca Perempuan menjadi sentral pengumpulan bantuan dan donasi. Selain itu anggota-anggota klub baca juga sangat kompak dalam proses rehabilitasi pasca gempa. Bahkan mereka melakukan berbagai aksi seperti membuat dapur umum sampai mendistribusikan bantuan-bantuan.
Klub Baca ini di nahkodai oleh Ibunda Nursyida Syam. Beliau adalah sosok panutan. Sudah berbagai hal terkait dengan literasi atau kegiatan sosial lain yang dilakukan oleh beliau. Dengan sosok keibuannya, beliau membina masyarakat, ibu-ibu sampai anak-anak untuk berkegiatan. Mengembangkan bakat-bakat dan memberdayakan masyarakat.
Hari pertama di sana, kami mengunjungi salah satu kampung tertua bernama Prawira. Konon katanya kampung ini merupakan tempat persinggahan prajurit-prajurit kerajaan di Lombok. Sampai saat ini masih banyak peninggalan sejarah dan adat istiadat terawat. Di sini juga terdapat sebuah museum adat yang menyimpan benda-benda peninggalan Lombok Utara.
Pada malam hari, kami dihibur oleh penampilan anak-anak klub baca. Mereka mempunyai bakat sendiri-sendiri, ada yang jago menyanyi, menari dan baca puisi. Pada tahun 2018 kemarin bahkan mereka berkesempatan untuk tampil di Jakarta.
Banyak materi dan pelajaran yang diambil dari kegiatan selama empat hari ini. Adapun hasil dari kegiatan tersebut berupa tulisan yang menceritakan mengenai taman bacaan atau lingkungan taman bacaan Klub Baca Perempuan. Tema yang diambil para peserta meliputi empat tema besar, yaitu potensi daerah, bangunan bersejarah, tokoh adat dan sosial budaya masyarakat.