Cara klasifikasi buku di taman baca / perpustakaan

Di dunia perpustakaan dan pusat informasi, penyusunan katalog dan klasifikasi buku merupakan hal yang lazim dilakukan. Dengan koleksi yang beraneka ragam dan semakin kompleks, penyusunan buku secara sistematik atas buku dan pustaka lain akan memudahkan penggunanya dalam melakukan pencarian informasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan dalam kunjungan dan peminjaman buku. Bagi pustakawan sendiri, penggunaan klasifikasi dan katalog yang tepat dapat membuat penyusunan dan pelacakan buku menjadi jauh lebih mudah, deteksi kebutuhan buku lebih cepat lewat analisis yang lebih tajam.



Klasifikasi buku termudah bagi sebuah kumpulan koleksi buku adalah menurut bentuk fisiknya. Jika anda memiliki rak buku yang terbatas, maka anda dapat memilah buku berdasarkan dimensi buku seperti tinggi dan tebal buku. Bentuk seperti ini paling banyak dijumpai di taman-taman baca, karena praktis dilakukan oleh pustakawan. Pencarian buku, biasanya bergantung pada ingatan pustakawan dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan pencarian saat koleksi buku sudah semakin banyak. Klasifikasi lain yang mudah dilakukan adalah dengan mengurutkannya berdasarkan judul buku atau pengarangnya. Dengan demikian, pencarian akan lebih mudah dilakukan. Hanya saja, bentuk-bentuk klasifikasi sederhana ini  tidak memberikan kesempatan bagi kita untuk melakukan telaah cepat, buku-buku jenis apa saja yang anda miliki, dan koleksi seperti apa yang masih harus ditambah.

Ada beberapa klasifikasi yang sering digunakan di banyak perpustakaan, di antaranya Dewey Decimal Classification (DDC) dan Library of Congress (LC).

Sistem Klasifikasi Dewey merupakan sistem yang lengkap, mencakup semua bidang, dan saat ini merupakan sistem yang paling banyak digunakan. Sistem ini menggunakan 3 digit untuk menandakan kelas, di mana kelas tersebut dibagi kembali secara spesifik di digit kedua, ketiga, dan seterusnya. Perhatikan kelas awal berikut:

000 – Karya umum
100 – Filsafat
200 – Agama
300 – Ilmu sosial
400 – Bahasa
500 – Sains
600 – Teknologi
700 – Seni, olahraga
800 – Kesusastraan
900 – Sejarah, geografi

Digit kedua, akan membagi lebih detail kelas yang ditentukan di kelas teratas, misalnya:

500 Sains
510 Matematika
520 Astronomi
530 Fisika
540 Kimia
550 Ilmu Bumi dan Geografi
dan seterusnya. Digit ketiga akan membagi lebih detail lagi, seperti:
500 Sains
550 Ilmu Bumi dan Geografi
551 Geologi, Hidrologi dan Meteorologi
552 Petrologi
553 Geologi Ekonomi
554 Ilmu Bumi – Eropa
555 Ilmu Bumi – Asia
dan seterusnya.

Jika dibutuhkan untuk dibagi kembali, digit berikutnya dapat ditambahkan, misalnya menjadi 555.1, 555.12, 555.123, dan seterusnya.

Sistem Klasifikasi Dewey ini merupakan sistem dengan standar yang dikelola oleh sebuah OCLC, dan selalu dilakukan pengkinian sejak awal diperkenalkan tahun 1876.

Sistem Klasifikasi LC (Library of Congress) menggunakan cara yang berbeda dengan Sistem Klasifikasi Dewey. Tiap buku akan diklasifikasikan dengan 4 baris, di mana baris pertama dan kedua menunjukkan subjek buku tersebut, subjek ketiga menunjukkan nama belakang penulis, dan baris ketiga menunjukkan tahun terbit.

Sistem klasifikasi yang ada perlu dimodifikasi sehingga praktis digunakan untuk taman baca, yang memiliki koleksi yang cenderung terbatas namun dapat secara praktis memudahkan pengunjung menemukan buku yang sesuai dengan minatnya. Berdasarkan pengamatan dan dialog dengan para pengelola taman baca, maka Sistem Klasifikasi 1001buku dapat diadopsi oleh taman-taman baca di seluruh tanah air.



SISTEM KLASIFIKASI 1001BUKU

Untuk mengupas bagaimana sistem klasifikasi ini dirancang, mari kita telaah apa yang sering menjadi dasar klasifikasi buku yang dilakukan oleh taman baca.

1. Jenis koleksi

Sebagian besar taman baca tetap menyuguhkan buku teks atau buku pelajaran kepada pengunjungnya. Sebagian karena buku teks tersebut masih merupakan buku yang dicari para pengunjung, namun sebagian karena taman baca tersebut masih menerima berbagai jenis buku karena rendahnya jumlah koleksi buku yang dimiliki. Pemisahan buku teks dengan buku lain sering kali diperlukan agar pengunjung dengan motivasi baca yang berbeda akan lebih mudah mendapatkan buku sesuai kebutuhannya. (Simak artikel lain Tim Riset 1001buku tentang Memahami Motivasi Baca Anak).

Selain itu, koleksi taman baca mungkin tidak terbatas pada buku. Bisa jadi majalah, DVD, atau jurnal ilmiah. Sudah selayaknya jenis koleksi ini dipisahkan, sehingga pengaturan rak menjadi jauh lebih rapi dan terstruktur.

Berikut adalah contoh klasifikasi jenis koleksi:
01 – Buku non referensi
02 – Buku referensi
03 – Majalah
04 – Jurnal
05 – Koleksi berbasis Elektronik



2. Usia

Faktor utama yang menjadikan sistem klasifikasi buku di sebuah taman baca menjadi sangat penting adalah kebutuhkan kita untuk mengkategorikan buku menurut usia pembaca. Konten buku memiliki kelayakan baca yang beragam menurut usia. Meskipun buku dapat menjadi sumber ilmu, buku yang dibaca tidak sesuai usia bisa menimbulkan efek yang justru merugikan, bahkan fatal. Dengan mengkategorikan buku sesuai usia, pengelola taman baca akan jauh lebih mudah untuk mencegah anak mendapatkan akses atas buku yang tidak sesuai dengan kematangan berpikirnya.

Tiap individu memiliki kemampuan baca yang beragam. Dengan mengkategorikan buku sesuai usia, maka pengelola taman baca dapat dengan mudah mendeteksi kemampuan baca para pengunjungnya. Klasifikasi buku yang telah didasarkan pada kesulitan baca dan pemilihan kosa kata dapat membuat pengelola taman baca memahami kemampuan baca para pengunjungnya, dan memberikan tindakan-tindakan untuk meningkatkannya jika diperlukan.

Berikut contoh klasifikasi buku sesuai usia.

01 – Buku untuk batita (0-3 tahun)
Batita membaca? Tentu tidak. Buku-buku ini merupakan buku yang bertujuan memperkenalkan kosa kata kepada anak: warna, benda-benda, binatang, dan sebagainya. Orang tua dapat berkunjung dengan anak ke taman baca untuk merangsang anak terbiasa dengan bahan bacaan sejak dini. Buku-buku untuk batita ini biasanya berbentuk board books (kertas yang sangat tebal), atau terbuat dari kain.

02 – Buku untuk anak-anak usia dini/emergent reader (3-6 tahun)
Buku-buku yang ditujukan untuk anak-anak yang belum bisa membaca, dan selayaknya didampingi dan dibacakan. Buku penuh dengan gambar berwarna dan tema bacaan yang sederhana, atau terdapat permainan mendidik yang merangsang anak berpikir dengan asyik. Ingat, pada usia ini anak-anak selayaknya belum diperintahkan untuk membaca/mengeja; tetapi buat mereka terbiasa dengan aktivitas bersama buku dan mengenali huruf-huruf. (Baca artikel lain Tim Riset 1001buku tentang Salah Kaprah Memaksa Anak Usia Dini Bisa Membaca)

03 – Buku untuk anak-anak pembaca mula/early reader (6-9 tahun)
Buku-buku yang digunakan untuk anak-anak usia 7-9 yang sedang belajar membaca sendiri. Buku bergambar, kata-kata yang mudah dibaca, tema dan kosa kata sederhana. Tidak ada cerita yang memiliki sub plot atau komplikasi. Penuh dengan imajinasi namun tetap dengan pesan-pesan mendidik.

04 – Buku untuk anak-anak pembaca kemampuan menengah/middle grade (10-12 tahun)
Buku-buku yang sudah tidak lagi penuh gambar (hanya sesekali muncul di beberapa lembar), namun dengan tulisan yang masih cukup besar dengan alur cerita yang lebih menantang. Bervariasi dari buku dengan 30 halaman hingga 300 halaman. Untuk buku non fiksi, adalah buku-buku yang sesuai dengan anak-anak kelas 4-6 SD.

05 – Buku untuk anak usia tanggung/young adult (12-15 tahun)
Buku-buku ini merupakan memiliki cerita dengan tema yang lebih berat, menjelang anak-anak masuk remaja. Untuk buku non fiksi, buku-buku yang sesuai untuk anak SMP digolongkan kepada kategori ini.

06 – Buku remaja/teen (15-18 tahun)
Buku-buku yang sudah bisa lebih menantang kemampuan berpikir kompleks pembaca, dengan topik yang sudah lebih berat dan beraneka ragam. Buku-buku misteri, romansa, literatur sastra lama, fiksi sains dan berbagai macam topik lainnya.

07 – Buku umum/dewasa
Jika taman baca anda juga melayani dewasa, maka buku-buku yang bersifat umum dapat anda masukkan ke dalam kategori ini, termasuk jika anda memiliki koleksi buku dengan topik yang ingin anda hindari dari anak-anak yang belum cukup umur. Persuasi politik, tema pernikahan dan rumah tangga, merias diri, dan sebagainya perlu dimasukkan dalam kategori ini.



3. Bahasa Buku (dan Bahasa Asal Buku)

Faktor lain yang menjadi pertimbangan klasifikasi buku adalah bahasa yang digunakan. Ketertarikan pengunjung taman baca akan menurun ketika melihat banyaknya buku dengan bahasa yang tidak dia kuasai. Di sisi lain, ada kalanya pengunjung yang sedang mempelajari bahasa Inggris akan jauh lebih mudah dalam mencari buku-buku berbahasa Inggris. Dengan demikian, di banyak taman baca yang memilih untuk memiliki koleksi buku berbahasa asing, buku-buku diklasifikan menurut bahasanya.

Berikut adalah contoh klasifikasi buku menurut bahasanya:
01 – Buku yang asli berbahasa Indonesia
02 – Buku berbahasa Indonesia terjemahan dari bahasa asing
03 – Buku berbahasa Inggris
04 – Buku dwibahasa
05 – Buku berbahasa asing lain.



4. Subjek

Dan, tentu saja klasifikasi diperlukan atas subjek buku tersebut, seperti yang dilakukan pada Sistem Klasifikasi Dewey dan LC. Klasifikasi berdasarkan subjek dalam taman baca perlu disesuaikan dengan jumlah dan ragam koleksi yang ada, baik saat ini maupun saat yang akan datang. Klasifikasi yang terlalu detail akan meningkatkan kerumitan dan kompleksitas pencarian dan pengayaan koleksi buku, sementara klasifikasi yang terlalu sederhana dapat menyulitkan saat koleksi taman baca berkembang baik dalam jumlah maupun ragam.

Klasifikasi berdasarkan subjek tentu perlu didasarkan pada misi taman baca tersebut berdiri. Urgensi pendetailan klasifikasi untuk kategori yang tidak berada dalam cakupan misi taman baca selayaknya lebih rendah dibandingkan detail klasifikasi yang menjadi fokus taman baca tersebut.

Sebagai contoh, berikut adalah klasifikasi sederhana yang digunakan di sebuah taman baca di bawah Jaringan Taman Baca 1001buku, yang sedikit banyak mengadopsi klasifikasi Dewey.

01 – Sains dan Teknologi
02 – Psikologi, Motivasi, Pengembangan Karakter
03 – Agama
04 – Sosial dan Politik
05 – Bahasa
06 – Bisnis dan Kewirausahaan
07 – Seni, Ketrampilan, Hobi
08 – Fiksi
09 – Biografi
10 – Traveling

Klasifikasi berdasarkan subjek tidak selalu mudah, karena diperlukan tingkat kedetilan yang tepat; subjek yang terlalu detail akan menyulitkan dalam pengkatalogan, sementara tingkat kedetilan yang terlalu umum akan membuat buku terlihat tercampur aduk dan menyulitkan pencarian.

Sebagai contoh, taman baca yang memiliki ribuan buku fiksi, mungkin akan mengklasifikasikan sesuai genrenya menjadi: 0800 – Fiksi umum
0801 – Fiksi misteri dan horor
0802 – Fiksi romansa
0803 – Fiksi sains
0804 – Fiksi kesusastraan lama
0805 – Fiksi kesusastraan baru
0806 – Fiksi perempuan
0807 – Fiksi berbasis sejarah



Penggunaan Klasifikasi Multidimensi

Seperti terlihat, tiap-tiap kategori yang telah kita bahas memiliki dimensi yang berbeda. Pada saat melakukan pengkatalogan, pengelola taman baca dapat menggunakan klasifikasi multidimensi. Sebagai contoh:

– Sebuah buku yang cocok untuk anak usia 12-15 tahun, saduran dari bahasa asing, merupakan buku fiksi dengan tema sejarah Eropa di tahun kegelapan. Dengan contoh penomoran di atas, buku tersebut dimasukkan ke klasifikasi 01.05.02.0807.

– Majalah ilmiah berbahasa Indonesia yang cocok untuk anak usia 10-12 tahun, dimasukkan ke klasifikasi 02.04.01.01



Penempatan bahan bacaan biasanya merupakan pertanyaan selanjutnya. Dengan pertimbangan multidimensi seperti ini, seakan-akan menyiratkan bahwa dibutuhkan tempat yang luas dan kompleks. Tentu tidak. Penempatan bahan bacaan di taman baca akan disesuaikan dengan berbagai macam faktor, seperti jumlah koleksi, ketersediaan ruangan, dan kebutuhan untuk mengisolasikan kategori tertentu. Sebagai contoh, sebuah taman baca mungkin hanya perlu memisahkan buku dengan majalah, buku teks dengan buku non teks, buku berbahasa Indonesia dan buku berbahasa Inggris, dan lain-lain. Hal ini sangat bergantung pada kondisi taman baca tersebut.

sumber : http://1001buku.org/katalog-dan-klasifikasi-buku-untuk-taman-baca/

0 komentar:

Posting Komentar